Selamat
berjumpa kembali dengan kami dalam sebuah tulisan dengan sumber beberapa
referensi yang berhubungan dengan konsep ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN. Kalau dilihat dari
judulnya sih menarik tetapi sangat jarang orang yang mau melirik hal tersebut,
jika pembaca melihat tulisan ini tolong disimak baik-baik, so saya yakin kita
semua dapat menjalani kehidupan ini dengan ribuan seni kehidupan yang menarik.
Hidup,
kalau dengan syair sebuah lagu terdapat kata “ Hidup hanya sekali satu kali,
dan tak akan terulang dua kali” nah kutipan lagu tersebut memang terlihat bodoh
tetapi jika dimaknai pasti kita semua tidak menyia-nyiakan hidup. Bukan untuk
menggurui, bukan untuk mengajari tetapi penulis hanya berbagi pengetahuan
dengan sumber referensi blog-blog teman yang lain.
Apa
sih Ilmu budaya dasar itu ? kalau diliat soalnya kita pasti blg gampang tuh,
padahal coba dijawab dengan kata2 pasti susah kan hahahahahah ..
Sedikit
nih, ilmu budaya dasar menurut referensi yang adalah pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan.
Istilah
IBD dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic
humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun
istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya
manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan
seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus
atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari
ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang
lain sebagai manusia itu sendiri.
Anak kecil bagian termuda dari masyarakat yang mempelajari seni kehidupan |
Nah
agak panjang ya penjelasannya heheheh, langsung aja nih kita menuju pembahasan
konsep ilmu budaya dasar dalam kesusastraan.
Ada
bermacam-macam definisi tentang kesusastraan. Namun demikian, diskusi tentang
hakikat sastra sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena banyak definisi
yang tidak memuaskan.
Definisi-definisi yang pernah ada kurang memuaskan karena :
1. Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.
2. Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat untuk yang lain.
3. Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan sesuatu yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika orang mau mengungkap hakikat sastra.
4. Orientasinya terlalu kebarat-baratan. Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan, orang cenderung mengambil referensi dari karya-karya barat. Padahal belum tentu telaah yang dilakukan untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra Indonesia.
Definisi-definisi yang pernah ada kurang memuaskan karena :
1. Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.
2. Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat untuk yang lain.
3. Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan sesuatu yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika orang mau mengungkap hakikat sastra.
4. Orientasinya terlalu kebarat-baratan. Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan, orang cenderung mengambil referensi dari karya-karya barat. Padahal belum tentu telaah yang dilakukan untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra Indonesia.
Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Istilah
prosa banyak didengar. Dalam bahasa Indonesia istilah prosa tadi sering kita
terjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan menjadi bentuk serita atau
prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, yaitu roman, atau novel, atau
cerpen.
Contohnya
prosa lama dan prosa baru yang kesusastraannya dari dalam Indonesia.
- Prosa lama meliputi :
1. Fabel.
2. Legenda.
3. Cerita rakyat (fokslore).
1. Fabel.
2. Legenda.
3. Cerita rakyat (fokslore).
PROSA karya sastra pembentuk kepribadian dan budaya |
- Prosa baru :
1. Roman.
2. Riwayat.
3. Resensi.
4. Kritik.
1. Roman.
2. Riwayat.
3. Resensi.
4. Kritik.
Jadi
dengan adanya prosa sebagai media perkembangan budaya dan pikiran secara
langsung dapat membentuk kepribadian dan sifat seseorang dan akan menjadi
budaya yang baik dalam kehidupannya.
Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang berdasar pada cerita, So pasti karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
Sebagai seni yang berdasar pada cerita, So pasti karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan infonnasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sexing kita dapat belajan sesuatu yang lebih datipada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sexing kita dapat belajan sesuatu yang lebih datipada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman¬pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman¬pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
D . Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Kepuitisan,
keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan pembahasan puisi dalam rangka
pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan
pengajaran sastra dan apresiasinya yang mumi. Puisi dipakai sebagai media
sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan
yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
1.
Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora,
perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan
memberi kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi
perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai
rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan,
sehingga lebih menggugah hati
Adapun
alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar
adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan sosial.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan sosial.
Puisi-puisi
umumnya syarat akan nilai-nilai etika,estetika dan juga kemanusiaan.Salah satu
nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih(yang
terpaut di dalamnya kasih saying, cinta, kemesraan dan renungan).
Sekian sedikit tulisan, semoga ini dapat menjadi referensi bagi hidup pembaca ... LIFE IS NEVER FLAT kata iklan Chitos ... lanjutkan hidup yang lebih baik ....
referensi sumber :
wartawarga.gunadarma.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar